hidup penuh kompetensi

Desember 04, 2020

life too beautiful to be just a competence

Semakin kita punya relasi sama orang baru, kita jadi tau gimana sifat-sifat orang. Emang banyak banget sifat orang sampai gue sempat kaget, lah ternyata ada juga sifatnya yang gapernah terpikirkan sama sekali. 

Gue waktu kecil sering nulis, dan sempat juga mikir kalau setiap orang seumuran dengan gue pasti juga nulis-nulis seperti diary dan semacamnya. but i never asked about that to anyone karna gue udah yakin aja apa yang gue lakuin ini adalah hal yang udah biasa dan gue yakin semua orang juga ngelakuin itu. 

Masuk ke jenjang smp/mts mulai tuh gue mencerna sifat-sifat dan perilaku orang. Gue yang biasanya berada di lingkungan yang harus sopan santun sama orang yang lebih tua, kaget melihat ada orang yang berani berkata kasar ke guru, karena waktu sd gue gapernah liat kejadian itu jadi gue sempat ngerasain culture shock wkwk.

Dan makin lama, gue makin terbiasa liat keadaan itu, karna saking seringnya gue melihat kejadiannya dan akhirnya gue paham kalo siswa ngomong kasar ke guru itu pasti ada penyebabnya. Entah itu karna sifat siswa nya yang kasar atau emang gurunya menyinggung si siswa itu. Walaupun dalam etikanya itu tidak baik

Nah dari realita seperti ini gue jadi paham, didikan yang selama ini gue dapet dari kecil ternyata ga ada apa-apanya, dalam kehidupan sekarang ini. Gue gabisa cuman mengangguk-anggukan sebuah kejadian itu terjadi, just because itu adalah prinsip dan pemahaman gue.

Nah masalah yang ingin gue bahas itu ga semua orang yang bisa mikir 'setiap orang punya prinsip yang berbeda' sehingga intoleransi terjadi, seperti kita seenaknya merendahkan orang sampai bikin memuji diri sendiri tanpa sadar. Ini hal yang kecil tapi penting loh.

Contoh kejadiannya seperti ini, 'dapet nilai 90 aja lu bangga, gue dulu dapet nilai 100 ya biasa aja sih'. Terlihat jelas kan gimana setelah kita jatuhkan dia, lalu berlanjut memuji diri sendiri. 

Seolah kita itu berada di jalur kompetensi, semua hal harus dimenangkan, gaada celah untuk kalah. Jadi kalo posisi kita sedang berada dibawah, kita malah ga terima. Padahal wajar gasih kita gagal atau lagi ga beruntung. Sekalinya menerima pujian orang langsung senang, bahkan lupa gaada salahnya loh muji orang lain.

Trus nih misalnya teman kita lagi beruntung tapi dia bisa seberuntung itu karna lu juga ada partisipasi untuk bantuin dia. Dan lu merasa ga terima kalo cuma dia doang yang beruntung sedangkan elu engga. Contohnya kejadiannya 'kalo tadi gue gabantuin lo, lo pasti gabakal bisa menang'. Jatohnya dia ga ikhlas bantuin, ya kan?

...

Dari dua contoh tadi gue udah sering berada di circle seperti itu, muji diri sendiri dalam kesuksesan orang dan ngungkit-ngungkit jasa diri sendiri. Bahkan di keluarga gue sendiri sering gue rasain, tapi karena dalam pikiran positif, gue menganggap kejadian itu menjadi sebuah motivasi buat gue, tapi ternyata orang lain ga sepemikiran dengan apa yang gue pikirkan. Ada orang yang malah eneg dengerin itu dan ga ada sama sekali pengaruhnya buat dia karena ucapan-ucapan tadi. 

Intinya dua kejadian tadi perlu kita pikirkan baik-baik. Kita sering dengar atau mungkin kita pernah menyebutkan hal itu, ternyata dampaknya jelek juga ke diri sendiri. Seperti kita merasa hidup ini penuh dengan kompetensi, maunya menang dan dipuji terus, sampai lupa cara memuji orang lain gimana tanpa nyakitin hati orang lain. 

Itu sih yang ingin gue pertekankan, pemikiran kita boleh berbeda tapi jangan lupa untuk saling toleransi, lu gabakal sakit kalo lu sedang tidak beruntung dan tidak ada salahnya juga lu memuji orang atas kesuksesan mereka. Namanya hidup pasti ada ups and down nya, ini ga sekedar quotes kok, emang reality. Jadi ya enjoy aja, ya ga? :)

sekian, see u tomorrow



You Might Also Like

0 komentar