STRESSOUT

Juli 20, 2018

'Kelas berapa sekarang wini?'
'Kelas 3'
'Wah bentar lagi mau kuliah ya, kuliah dimana wini? '
'.....' (I smiled)

Hampir semua orang/kerabat yang nanya seperti itu ke gue. Jujur saja, gue merasa tertekan dengan pertanyaan itu. Mungkin lu mikir  pertanyaan 'kapan nikah?' lebih berat  dari pertanyaan itu. Woy, yakali gue mikir nikah,  situasinya sekarang gue anak SMA yang merasa terjebak dengan lingkungannya.
Ya, gue terjebak.
Jika ditanya apa sih dampak postif sekolah gue sekarang untuk diri gue sendiri? Gue gatau.
2 tahun gue sekolah disini, gue masih belum dapat feel menjadi seorang siswa yang bener-bener 'niat sekolah'
Jujur saja, gue sekarang ada di lingkungan yang bisa dibilang salah bagi diri gue. Entah kenapa semenjak masuk SMA rasa semangat gue untuk belajar udah berkurang.
Faktor teman, sekarang gue punya teman-teman yang gue bilang diluar dugaan. Kelas yang ga kompak, saling egois, berkelompok, otomatis gue jadi keikutan dong.  Kalopun gue jadi diri gue sendiri bisa jadi aja gue dikucilin sementara sistem belajar sekarang 'butuh teman'. Serba salah ga sih?
Ditambah juga kelas gue tempat anak-anak nakal berkumpul, jadinya setiap guru masuk mengajar selalu mengeluh dan mencapkan sebagai 'kelas luar biasa'. Jangan kan guru, gue yang setiap hari liat wajah mereka udah merasa muak dan pengen di gampar tau gak.
Pergaulan di sekolah memang besar pengaruhnya ke karakter diri sendiri. Kalo temen-temen pada males bikin tugas otomatis diri kita ikutan males, apalagi yang menganut 'kesetiaan kawan'.
Haduh gimana ya, gue mau aja bantuin tapi setidaknya setiap diri seorang siswa punya keinginan serius belajar dong (literally seriuss aduhay), karna ujung-ujungnya dampaknya bakal balik ke diri sendiri coy.
2 tahun gue belajar, dan gue berusaha untuk serius belajar masih saja dapat hambatan, yap GURU.
Mungkin lu mikir 'kan bisa minta bantu ke guru'. Nggak semua guru kek gitu coy. Agak aneh sih, zaman sekarang guru dijadikan bahan pergunjingan yang 'harusnya' kita hormati.
Karena kelas gue parah na'udzubillah, setiap guru udah merasa setiap siswa perilakunya jelek. Kan kasian siswa yang masih pengen serius belajar.
Ditambah karakter masing-masing guru berbeda. Bayangin deh, si guru cuma masuk ke kelas selama sesemester jarang banget, bisa di hitung malah. Dan setiap masuk mengajar tidak pernah memuaskan hati. Itu guru matematika gue, karna itulah nilai matematika gue anjlok. Padahal gue bukan tipe siswa yang 'benci matematika'
Jadi ga semua orang lain benar bilang 'siswanya emang dasarnya pemalas'. Seharusnya sebagai guru, harus ngajarin gimana si males itu bisa hilang, bukannya marah-marahin mulu. Faktanya, guru udah semakin hilang peran mereka yang seharusnya, yaitu mendidik karakter siswa.
Ya gue tau, jadi guru ga gampang, dunia dia ga di sekolah doang, belum urusan rumah segala macem. Tapi yang namanya guru harus tanggung jawab dong sama profesinya. Ga boleh langsung main ninggalin siswa belajar sendiri gitu doang.
Yang bikin gue kezel kek gini.  Kan si guru jarang masuk nih, trus kita dikasih tugas yang lumayan berat. Tugas ini ga dijelasin banget, jadi kita ga ngerti dong. Pas dicari si guru ga muncul-muncul. Yaudah terpaksa kita pasrah dulu, sementara tugas ga itu doang yang musti dikerjain. Eh pas si guru masuk marah-marah karna kita ga ada satupun buat tugas. Serba salah ga sih?
Jadi, yang sudah gue ceritakan adalah lingkungan belajar yang bisa dibilang buruk. Seharusnya gue tidak boleh berada di lingkungan seperti ini, karna yang gue takutkan masa depan gue untuk kuliah bisa jadi akan berantakan.
Itu makanya teman-teman, gue merasa sedih dan bahkan stress jika ada yang nanya 'besok kuliah dimana?' yang padahal lingkungan hidup gue seperti ini. Saking sedihnya gue sering mikirin itu sendiri sebelum tidur. Rasanya pengen nangis terus. Karna gue gatau cara hadapinnya gimana.
Kalo ditanya planning atau cita-cita gue apa, ada kok. Tapi kalo gue kasih tau ke orang gue merasa takut kalau ternyata gue ga berhasil mewujudkannya, yang padahal lingkungan belajar gue seperti ini. Sedih woyy.
Gue cuma butuh doa dan dukungan doang, pertanyaan-pertanyaan seperti itu hanya bikin gue makin stress, stress dan stress (serius gue ga bohong). So, stop menjadi seorang yang kepo dengan kehidupan orang.
Udah ya.
Masih ada satu tahun lagi untuk mencoba. Masa lalu mungkin udah berantakan tapi setidaknya kita mencoba berubah menjadi lebih baik
La Tahzan Innallaha Ma'ana.
Thankz
Wini

My story when I'm a fangirl

Juli 05, 2018

Banyak fenomena para artis yang sudah menjadi idola masyarakat saat ini, yang fanatik bahkan menjadikan idola sebagai tuhan. Parah sih.

Gue mau cerita.
Jadi dulu gue pernah jadi seorang fan girl, idola gue Taylor swift. Gue mulai fans sama dia kira-kira semenjak kelas 4 SD. Saking sukanya gue hampir hafal semua lagu Taylor di albumnya, rela rela in beli majalah dan poster tentang Taylor. Bahkan gue ikutan quiz Qornetto yang hadiahnya gue dapat tas dan pin yang ada gambar si Taylor, mantap.
Beberapa tahun kemudian, disaat gue natap poster Taylor di kamar, gue mulai mikir
'ngapain sih gue majang foto dia disini, yang padahal dia gatau sama sekali sama gue.'
'ngapain sih selama ini gue gunain uang hanya untuk membeli poster atau majalah dia yang padahal dia ga mengapresiasi itu'
Dari situ gue sadar kalo doi juga manusia biasa. Ga ada untungnya gue menjadi fans dia yang dia aja gatau gue siapa.

Tapi nih, ada sisi benefit yang gue dapat dari si doi. Dia memotivasi gue untuk bisa berkarya juga, asek haha.
Jadi awal pertama gue suka piano karna gue liat si Taylor enak banget cara main pianonya, gue jadi kepengen beli piano, dan mulai nabung dari kelas 6 SD. Akhirnya gue berhasil beli keyboard dari hasil tabungan gue tanggal 5 juli 2014 (kelas 7) which is udah 4 tahun hari ini. Senang banget gue waktu itu dan gue bener-bener semangat untuk latihan walaupun cuma youtube yang ngajarin.
Usaha gue ga sia-sia, gue tampil depan banyak orang di kelas 8 yang saat ituacara penampilan bakat gitu. Of course gue deg-degan, karna ini pertama kali gue tampil pake piano dan yang liatin excited juga dengerin gue main, (Btw, gue punya video nya di youtube).
Gue ga berhenti disitu aja gue mulai untuk belajar cover lagu orang dan mulai rekaman sendiri, hasilnya gue upload di youtube channel gue. Banyak sih teman-teman yang dukung, walaupun viewers ga seberapa itu ga boleh bikin gue sampe menyerah gitu aja. Gue bikin konten vlog ala gue sendiri, entah orang-orang pada suka gue gatau, secara gue niat buat vlog biar gue mulai jadi orang yang produktif daripada hanya main gadget doang.
Ya bisa dibilang gue bisa sejauh ini berkarya karna Allah izinin gue untuk selalu berusaha menjadi produktif. Taylor secara tidak langsung ngajarin gue banyak hal. Latar belakang dia bisa sesukses seperti ini karna dia sebelum terkenal bener-bener berjuang biar rekaman karya dia bisa didengerin banyak orang. Akhirnya dia bisa se sukses sekarang.
Walaupun gue ga se fanatik dulu, gue juga bersyukur bisa mengenal si Taylor sang inspirasi gue.

Teman-teman di luar sana yang menjadi seorang fan girl or fan boy, semoga kalian bisa dapat hikmah dari sana, jangan jadiin itu sebagai ajang pertikaian dengan haters si doi, kasian kalian dendam dan jadi punya musuh.
Sebagai manusia yang baik harus tau dong, semua manusia sama aja, namun cara hidupnya yang beda. Selama ini udah mikir ga, sejauh apa perjuangan kita untuk masa depan. Jangan sampai karna si doi bikin kita terhambat untuk menggapai itu.

Udah itu aja, gue share pengalaman siapa tahu bermanfaat.

Hi I'm Wini and you're watching Disney channel
Thanks for reading guys
#lagisokbijak
#kangenmasalalu
#closinggaje
#ketagiahanbikinhastag
#udahyabye