thoughts

Dirgahayu Indonesia

Agustus 18, 2017

 Saya sebagai salah satu masyarakat Indonesia turut mengucapkan Dirgahayu Indonesia yang ke-72, sebagai apresiasi terhadap para pahlawan yang sudah susah payah untuk mempertahankan negara ini.

 Setidaknya kita sudah mendapatkan gambaran para pejuang untuk membela negara pada masa itu di pelajaran sejarah atau IPS dibangku sekolah. Di satu sisi saya salut sebegitu beraninya para pahlawan sampai harus meninggalkan keluarga dan rela menjadikan nyawa sebagai taruhan. Tentu saja ini sebagai pelajaran untuk generasi bangsa, bahwa kita memang harus bersyukur atas apa yang sudah kita miliki sekarang. Dan sebagai generasi muda kita seharusnya sudah bisa membanggakan negara kita sendiri melalui ajang berkarya untuk menciptakan suatu hal yang baru dan positif bagi nusa dan bangsa sebagai balasan kepada para pejuang yang juga sudah membanggakan negara ini.

 Kita sudah tahu bahkan sudah belajar tentang sejarah Indonesia itu bagaimana, jadi tidak ada salahnya kita turut bangga atas hasil yang telah diberikan dari para pejuang yang heroik tersebut. Contohnya salah satu pahlawan yang saya kagumi yaitu ibu Kartini. Mengapa beliau bisa memikirkan ide-ide yang cemerlang ditengah hiruk piruknya kondisi disaat itu. Mengapa beliau masih saja memikirkan masyarakat perempuan yang lain sedangkan dirinya saja belum dipentingkan sebelum saat itu. Dan masih banyak lagi para pahlawan yang dibalik sukses mereka mengalami kejadian-kejadian yang menyedihkan untuk dikenang.

 Tapi dibalik itu semua, mengapa masyarakat masih banyak yang tidak memanfaatkan hasil perjuangan pahlawan untuk hal-hal yang seharusnya dilakukan? Mereka dengan mudahnya melupakan fakta dan bahkan mencoba untuk memutar balikkan fakta tersebut.
Pemerintah juga ikut pusing terhadap kebijakan yang telah dibuat, yang malah membuat masyarakat seolah tidak bersyukur terhadap kebijakan yang telah ditetapkan.
Kebijakan-kebijakan pemerintah sekarang banyak membuat masyarakat dilema terhadap negara ini, sehingga masyarakat lebih memilih untuk tidak peduli dan tidak ikut campur terhadap kebijakan pemerintah yang hanya dianggap janji palsu.

 Namun, setelah semua ini terjadi, kita tidak dapat kembali ke masa lalu untuk memperbaiki ini semua. Ambil saja hikmah dari kesalahan-kesalahan yang terjadi untuk sebagai bahan pelajaran di masa ke depan untuk menciptakan negara yang lebih maju pastinya.
Doakan saja 72 tahun Indonesia merdeka akan membuat negara ini semakin lebih baik. Doakan negara ini kedepannya memiliki pemimpin yang pantas dijadikan pemimpin yang layak, yang adil dan bijaksana, dan yang terutama dapat menjadikan rakyatnya damai, makmur dan sejahtera.

 Saya wini agnia mengucapkan Dirgahayu Indonesiaku

ngebacot

Kebudayaan mager

Agustus 11, 2017

Mager atau 'males gerak' sudah menjadi hal yang trend sekarang. Bahkan disetiap orang pasti sudah pernah menikmati betapa nyamannya kita dalam posisi mager. Tapi dibalik kenyamanan tersebut kita dapat melewatkan hal-hal yang nyatanya dapat 'merubah' hidupmu.
 Gue termasuk korban kebudayaan mager akhir-akhir ini. Ditambah lagi fasilitas-fasilitas yang dapat membuat mager semakin berkembang biak menjadi suatu kemaharajaan, seperti hp, laptop dan tentunya wi-fi. I-don't-know-why mengapa benda-benda tersebut sukses membuat gue terhipnotis untuk tidak bergerak diposisi nyaman gue. Dan akhirnya pun gue sadar, kalau selama ini gue sudah terbodohi karena situasi bodoh ini.
 Mungkin semua orang tau benefit mager ini hanya sekedar memanjakan diri atau mengistirahatkan diri untuk tidak melakukan apa-apa, tetapi efek sampingnya lebih buruk dari si benefit.
Salah satunya waktu terbuang sia-sia. Kalau magernya disertai dengan tidur siang sih gapapa ya. Tapi kalau magernya disertai dengan megang handphone apalagi hanya untuk nge-stalking akun instagram orang doang berjam-jam-an, sudah pasti waktunya tidak tergunakan dengan baik. Padahal sebenarnya kita dapat menggunakan waktu tersebut untuk membaca buku yang lebih bermanfaat dari itu. Hmz
Membaca buku kan sekarang ga jaman lagi
 Iya sih, gue udah jarang banget liat orang baca buku sekarang terutama buku-buku pengetahuan. Semenjak smartphone sudah merajalela, posisi buku sudah tergantikan. Dan gue mengakui juga kalau buku favorit gue sudah terlalu lama menganggur dilemari. Kasian sih sebenarnya, zaman terlalu cepat berubah, nggak kayak waktu gue di MI/MTs dulu, gue kadang suka nukar minjam novel sama temen-temen. Karena saat itu hape belum terlalu semaerajalela sekarang ini.
 Banyak diantara orang mager karena gadget, termasuk gue sih. Gara-gara keasikan nonton vlog orang di youtube gue jadi males untuk buat pr dan bahkan berniat 'ah, besok pagi aja buat disekolah'. Itu adalah hal yang  sering gue lakuin pas lagi magernya, tapi nyatanya dapat membodohi diri sendiri.
 Kadang gue heran, kenapa sih 'mager' ini bisa terbentuk dan bahkan sudah menjadi trend sampai saat ini.
 Nah saat ini, gue berusaha untuk merubah pola hidup gue, karena gue takut nantinya gue terbiasa dan dapat merugikan diri gue sendiri.
Yang tau solusinya silahkan kasih saran hahaha