pacaran?

Juni 12, 2025

Gue baru saja follow salah satu tiktoker dengan statementnya yang tidak ingin pacaran. Menurut gue sudah keren memberikan opini tersebut dengan logis dan terbuka. Kita yang sudah dewasa ini tentunya sudah bisa memilah mana yang baik dan buruk dalam membuat keputusan. Opini setiap orang valid untuk dirinya sendiri (bukan untuk memaksa orang lain untuk mengikutinya). 

Disini gue melihat dia memberikan alasan-alasan logisnya mengapa dia tidak mau pacaran, yang gue baca dia ingin prioritaskan dirinya terlebih dahulu, dan tidak percaya dengan jaminan pacaran apakah bisa lanjut ke jenjang pernikahan, menurutnya hal tersebut terlalu sakral jika dibawa ‘jalanin aja dulu’. 

Gue ingin memberi pendapat juga terhadap hal ini. Menurut gue untuk menjalin hubungan itu yang perlu di highlight adalah kita harus memahami orang lain,‘verstehen’ kalo kata Max Weber, timbal balik dan itu harus setara. Soal cinta dan perasaan belum bisa gue prioritaskan karena gue tidak ingin dikontrol oleh perasaan karena sifatnya yang fragile. Gue belum bisa yakin jika hanya mengedepankan cinta tanpa memikirkan hal-hal logis, dapat membuat gue bahagia dalam menjalin hubungan. Menurut gue cinta itu bisa tumbuh, dirawat dan dikontrol. 

Yang menurut gue susah itu adalah menjaga apakah proses memahami itu masih kita prioritaskan selama-lamanya? Untuk memahami, kita perlu interaksi, setiap hari kita berbicara, menjalin komunikasi. Apakah sudah siap atau belum untuk berkomunikasi dengan orang ini seumur hidup lu? jika ditinjau dari sifat dan kelakuan dia setiap hari. Harusnya dari proses memahami ini kita udah bisa menentukan keputusan apa yang akan diambil selanjutnya. Itu yang pertama, selanjutnya apakah kita sudah mengenal diri sendiri?

Untuk mengetahui itu, kita punya batasan ke diri sendiri, udah ngerti mana yang berdampak baik dan buruk ke diri kita, bisa make a bounduries, bisa tegas ke diri sendiri, ga mudah terpengaruh sama orang lain, istilahnya udah dewasa dalam pemikiran. Hal-hal seperti ini harusnya kita prioritaskan dalam hidup, tidak hanya dalam memilih pasangan, memilih teman pun juga seperti itu. Punya keputusan dan prioritas ke diri sendiri adalah bukti bahwa kita sudah dewasa dalam pemikiran. Hal ini bukan untuk ke diri kita sendiri, tapi akan berdampak kepada orang lain. Apakah kita layak untuk orang lain? Apakah kita bisa menjamin tidak akan menyakiti orang lain? Jadi tujuannya bukan untuk selfish.

Dan selanjutnya untuk melakukan sesuatu tentunya kita perlu jelaskan apa tujuannya? Lagi-lagi soal perasaan menurut gue gabisa berperan untuk ini. Karena cinta itu maknanya terlalu luas, cinta itu susah dideskripsikan karena itu adalah emosi yang kompleks, gue kurang yakin dengan hanya mengandalkan cinta bisa mempertahankan sebuah hubungan (this is what i think, individu lain tentu saja bisa berpikir hal ini salah). Balik lagi, jadi tujuan dalam menjalani hubungan itu apa? Karena tiap individu berhak memiliki keputusan ingin hidup berpasangan atau sendirian seumur hidup itu gapapa banget. Kita tidak perlu hidup hanya berdasarkan konstruksi sosial. Do something that u happy. Kalau menurutmu, hidup sendiri sudah bahagia tanpa pasangan adalah keputusan terbaik, go ahead! tapi… yang bikin susah kan karna omongan orang lain. Yasudah gasi yang jalani idup kan diri sendiri.

Tapi kalo yakin jika ingin memiliki suatu hubungan, tentunya hal-hal diatas sudah dipertimbangkan jauh-jauh sebelumnya. Apakah sudah mengenal diri sendiri? Apakah sudah siap menerima, memahami dan berkomitmen dengan orang lain? Dan tentunya proses tersebut tidak mudah. Akan banyak effort yang dituangkan, baik itu materi, waktu dan tenaga. jadi plis. Jangan cuma berlandaskan ‘jalani aja dulu’ it just waste ur time baby.

Keputusan untuk berpacaran memang akan berbeda dari pendapat setiap individu, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki. Semua orang bebas berpendapat, tujuan mereka berpendapat mungkin ingin sharing bahwa setiap opini memiliki hal yang unik. Bisa diambil yang baiknya dan meninggalkan hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip kita. Jika kita sudah bijak menyaring informasi maka kita seharusnya tidak mudah terjerumus kepada hal-hal yang tidak baik.

Kalau menurut gue pribadi pacaran itu adalah proses memahami itu. Gue merasa belum bisa menikah jika proses memahami itu belum bisa gue lakukan. Memang benar, menikah itu adalah hal yang sakral, gaboleh main-main, but it doesn’t mean pacaran boleh main-main juga. Keputusan untuk menikah itu cukup complicated, ada dua pemikiran yang harus disatukan dan itu tuh tidak mudah, serta akan dijalani seumur hidup. Balik lagi, kunci utamanya adalah apakah kita mampu memahami dan memaklumi demi kenyamanan dua insan? Terkadang kita terlalu egois dengan keputusan kita, kita merasa prinsip ‘A’ adalah hal yang paling benar dalam segi apapun, tapi ternyata di pemikiran pihak lain itu tidak menguntungkan untuknya. Tidak ada yang salah tapi apakah sanggup menengahinya? mencari jalan keluar? berdiskusi? saling terbuka? karna balik lagi, hidup tuh luas banget cakupannya. Not only for love tapi seperti bertahan hidup, gimana cara dapetin duit? cara menyesuaikan lifestyle? siap menerima perubahan sifat pasangan? atau sekedar memilih mau makan dimana siang ini tuh butuh diskusi, gabisa asal mutusin aja karena kita ibaratnya punya dua badan tapi satu tuju, anjaylah :) akan ada banyak perdebatan yang akan muncul, termasuk hal-hal sepele seperti tadi. apakah kamu sanggup? proses itu emang susah makanya kalo yg memilih jomblo seumur hidup gpp bgt karena bisa meminimalisir effort untuk memahami orang itu tuh cukup sulit jika tidak dengan pemikiran dan hati yang saling terbuka. Kalau kata Leila S. Chudori di buku Malam Terakhir “Ketika seseorang memutuskan untuk menikah, pada saat itulah ia memulai suatu perjalanan yang panjang, asing, dan penuh tantangan. Dan kita harus sangat yakin bahwa kawan perjalanan kita itu adalah orang yang tepat dan bisa bekerja sama ketika meniti..."

Tapi kalau tujuannya masih just for fun, cuma ingin diliat punya pasangan yang greenflag sekebon, cuma ingin divalidasi kalau punya pacar yang cakep, tapi dibalik itu semua kalian masi struggle terhdap hal-hal diatas mending minggir dulu, punten.

Mungkin segitu aja pendapat gue, again, tiap orang punya pendapat yang berbeda, gue memberi pendapat seperti ini bukan bermaksud gue yang paling benar. Gue suka membaca dan mendengar insight baru dari orang lain dan itu akan improve kita menjadi lebih baik, lebih stable, lebih sturdy dalam mengambil keputusan.

thx.

i finally met my role model

Maret 11, 2024

I adore her because she’s one of person makes me as i am today. Dia memberi gue kesempatan untuk mengenal dunia lebih luas, dan sangat memberikan dampak positif dari saat gue kecil hingga saat ini, she is taylor swift.

Gue gaberenti bersyukur hingga detik ini bisa berkesempatan nonton konser idola gue dari jaman sd. Mungkin gue akan menceritakan bagaimana gue bisa menjadi swiftie dulu.

Gue awal tau lagu taylor karena kakak sering mutarin lagu taylor waktu zaman-zaman warnet apalagi kita punya komputer tabung dan internet di tahun 2011an kalau tidak salah. Kakak tuh dulu fans nya ke Justin Bieber tuh, karena Justin dulu pacaran sama Selena dan sahabatan sama Taylor jadi kakak kayak ngenalin circle Justin lah dulu. Gue tuh langsung jatuh cinta sama lagu country Taylor di zaman-zaman itu kayaknya lagu pertama yang gue denger itu Today was a fairytale di album fearless. Lagunya unik banget disaat zaman itu gemparan lagu cherry belle dan cowboy junior yang lagi hype di Indonesia. Trus gue cari tahu juga lah soal Taylor, ternyata lagunya udah banyak juga, gue gaingat kapan pertama kali dengerinnya,  yang pasti gue udah addict di saat album Red rilis. Apalagi taylor konser di Indo tahun 2013 yang saat itu gue kelas 6 SD sibuk Ujian Nasional dan ujian-ujian lainnya, dan gabakal mungkin juga pergi terbang ke Jakarta sana hanya untuk nonton konser wkwkwk, jadi yaudah gapapa, i’m okay. 

Waktu zaman sd itu gue kan lumayan addict fans sama taylor, kayak beli-beli majalah taylor, sempet ke Bandung, bela-belain singgah ke gramedia karena ada fanbase yang bikin majalah khusus taylor jadi gue beli juga. Lalu gue dulu sempat nulis cerpen tentang gue yang ketemu taylor di hotel trus jadi bestie, sumpah ngakak banget kalo diingat-ingat. Trus taylor yang collab sama cornetto, of course gue sering beli ice creamnya biar dapet kode-kodenya lalu di input ke websitenya ntar kalau poinnya banyak ditukar sama marchendisenya, gue dapet tas dan pin nya, huhu happy banget. Dan sempat masang poster taylor segede gaban dikamar gue.

Lalu tiba-tiba gue lagi bermenung trus liat tuh poster, dan gue mempertanyakan ke diri gue sendiri. Kira-kira tujuan gue masang poster dia ini apa ya? Lagian dia kan ga kenal gue, ngapain harus masang foto dia disini??!!. Akhirnya gue buka tuh poster saat itu juga. Mulai saat itu gue ga lagi effort beli apapun yang berkaitan dengan taylor, gue hanya dengerin lagu dia aja, sebatas itu.

Alasannya kenapa?

Gue tuh mikir, untuk apa gue se-effort ini sama orang yang ga kenal sama sekali sama gue? Apasi untungnya buat gue, yang dapet untung cuma dia, yang makin kaya juga dia. Pokoknya gue mikir gamau rugi hanya karena bikin dia semakin terkenal karena gue beli-beli perintilan tentang dia. But it doesn’t mean gue tiba-tiba menjadi haters wkwk, engga. Gue tetep dengerin lagu-lagunya, karena lagunya enak banget didengerin, dinyanyiin, dihayati, my type of music lah pokoknya.

Gue suka lagu-lagu taylor itu walaupun gue gangerti sama sekali tentang apa, gue hafalin lagu-lagunya dan selalu nyanyiin, dan mulailah ada titik terang gue mendapatkan benefit dengan terinpirasi dari dia. Yaitu belajar bermain musik. Gue pengen belajar main gitar, biar bisa nyanyiin lagu-lagu dia pakai gitar. Belajar otodidak dari youtube nya for3v3rfaithful, anjay masi ingat gueee wkwkwkkw. Trus disuruh ibu tampil saat penampilan bakat di sekolah zaman smp, gue masi ingat banget lagunya Red cuma pake 3 kunci chord wkkwkwkw. 

Trus makin upgrade pengen belajar main piano, nabung sekitar 2 tahun biar kebeli keyboard, gue nabungnya dari sd, baru kebeli pas kelas 7, trus belajar otodidak lagi dari youtube, kebanyakan dari channel ‘piano tutorial easy’ dan mulai berani dan sering tampil didepan umum. I learn a lot from youtube, dan sangat senang kalau ada channel yang mau ngajarin lagu-lagu taylor.

Lagu-lagunya taylor kan bahasa inggris ya, gue waktu sd belum ada mata pelajaran english di sekolah. Jadi dengan mendengar lagu-lagu taylor membuat gue familiar dengan words, vocab, dan pronaunce english, jadi saat smp gue ga kaget-kaget banget belajar english. Saat itulah gue mulai suka belajar bahasa inggris dan arab karena ada rumus verb nya gitu, aa seru banget mengingat pelajaran-pelajaran sekolah.

Akhirnya gue mulai sadar gimana taylor bener-bener influence gue bisa belajar tentang hal-hal baru seperti ini, gapapa dia ga kenal gue, tapi secara ga langsung dia memberi impact yang besar dan menemani perjalanan hidup gue dari masa bocil hingga saat ini.

And look now!

Siapa sangka wini yang kelas 6 sd dulu 11 tahun lagi bisa nonton konser yang paling terlaris sepanjang masa? Konser yang nyuguhin semua album taylor? Ada 40+an lebih lagu dinyanyiin selama 3,5 jam lebih?? Dan bisa terbang ke singapore hanya untuk nonton taylor?? Wini u did it!! U deserve it!!

Gue ga berenti syukur kepada Allah karena salah satu impian besar gue bisa terwujud, dan keluarga gue yang memudahkan gue bisa ketemu taylor, terutama kakak. Hebat banget dia ngenalin taylor dari dulu ke gue, mungkin kalau tidak swifty dari dulu, gue yang sekarang jalan hidupnya bakalan seperti apa ya? 

Walaupun cerita di balik bisa nonton taylor tuh banyak banget, dari awalnya taylor yang ternyata ga konser di Indo, tapi ada yang terdekat yaitu di Singapore. Lalu kita gadapet unique code saat war pertama, hopeless banget ikut war tapi gadapet sama sekali. Trus kakak cari-cari tiket wts dan kena scam sama orang, sumpah jahat banget nangisss banget. Then tiba-tiba ada war tiket h- 1 bulan??!! Dan ibu dapet email unique code, nangisss banget dapat tercerahkan bisa nonton taylor. Dan kita finaly dapet, kakak pake jasa jastip war gitu, lucky banget kita dapet CAT 1, seneng banget ya allah. Tapi gue masi cemas-cemas takut bermasalah waktu scan barcode untuk masuk venue. BUT NOW ALHAMDULILLAH GUE NGELIAT TAYLOR PAKE MATA KEPALA GUE SENDIRI!!!!!

I’m a happy girl, makasi untuk keluarga gue yang ngasih kesempatan biar bisa ketemu role model gue dari kecil, trus temen-temen gue yang ikut terharu meliat gue bisa nonton konser tuh lucuk banget, kalian salah satu orang yang melihat perjalanan swifty gue dari jaman sd, smp dan sma bahkan sampai sekarang, lucu aja wkwkwkw. Pokoknya makasi bangetttt untuk semuanya yang udah bikin gue happy, gue bener-bener bahagia punya support family dan circle pertemanan yang baik. Love u all!!

now let’s continue to the real life, masih banya cita-cita yang ingin gue gapai, gue harap satu persatunya bisa terkabul lagi, aamiinn

Love,

Wini




🥹

Agustus 01, 2023

Gue mau cerita dikit setelah akhirnya lulus menjadi sarjana di umur 22 tahun. Jujur masih tidak menyangka ternyata sudah lulus dari universitas ini selama 4 tahun menjadi mahasiswa. Mulai dari kuliah secara offline lalu online dan tiba-tiba offline lagi. 

Disaat sebelum masuk kuliah gue tidak ada expect bakalan hidup seperti apa menjadi mahasiswa, karena setelah di pikir-pikir gue selalu living in this present time. Gue selalu enjoy kehidupan di hari ini dan merasa masa depan bukan terlalu menjadi prioritas. Namun hal tersebut tidak membuat gue terlalu bersenang-senang karena gue melihat peluang-peluang yang dapat membantu bagaimana kehidupan gue di masa depan. Seperti ada program fast track di kampus. Sejak awal menjadi maba gue lumayan tertarik dengan program ini karena ada jalan pintas menyelesaikan magister dengan waktu yang singkat dan biaya yang juga sedikit lebih murah daripada seharusnya. Orang tua gue pun mendukung adanya program ini karena mereka sangat mendorong gue bisa menyelesaikan pendidikan setinggi mungkin kalau bisa ada fast track S3 pasti didukung juga gue mah wakwkwkwk.

Waktu awal-awal maba gue ga terlalu mikirin ini kan, tapi di semester 6 kalau ga salah program ini mulai pendaftaran, dan kebetulan ada teman gue yang juga mau ikutan, jadi atas dukungan orang tua dan teman yang selalu support, gue gas aja kan, walaupun gue super duper galau karena pembagian waktu yang cukup susah. Pertama, prioritas di semester 7 adalah harus menyelesaikan skripsi sekarang-kurangnya sempro, kedua gue juga harus masuk kelas S2 di jati yang mana lokasinya cukup jauh dari kampus utama. Namun untungnya gue tinggal lumayan ditengah-tengah antara kedua lokasi itu. Trus juga as a young person gue masih mau nongky-nongky imud bersama teman dan bersama doi :) tapi gue masih ingat kok apa yang menjadi prioritas gue yang pertama sebagai mahasiswa yaitu skripsi. Gue udah bikin skripsinya sebaik mungkin namun gue agak mengalami kesusahan disaat bimbingan. Karena bapak dospem gue yang hanya bisa ditemui sekali seminggu dan progress yang begitu-begitu aja setiap bimbingan. Hal itu membuat gue galau ditambah waktu yang semakin mepet dan ditambah Juli ini harus lulus kalau tidak fast tracknya gagal. Gue makin dilema, apakah gue sanggup dengan hal ini semua, apakah gue bisa lulus? Ditambah teman-teman gue ada yang tidak lulus kompre yang semakin membuat gue galau apakah gue sanggup atau tidak.

Jadi gue baru di acc itu tanggal 13 Juli lalu ujian kompre itu tanggal 21 Juli dan wisuda tanggal 29 Juli. Semuanya berlalu secara sat set sat set. Gue udah strugling selama ini jadi gue mencoba selalu siap di situasi apapun. Alhamdulillah lulus, dan gue diharuskan wisuda periode ini karena kalo tidak gabisa lanjut fast track. Kan kasian bgt ya setahun gue bolak balik jati limau manis ternyata ga jadi lanjut S2. Huft. Alhamdulillah pihak jurusan pun mau bantuin dan tidak memperibet persyaratan. Gue sama 4 teman gue lainnya berhasil lanjut S2 karena struggling kita selama ini, hiks terharu.

Gue yakin semua orang punya struggling masing-masing. Mungkin susah disaat penulisan skripsi, mungkin susah ketemu dosen pembimbing, mungkin susah karena dipersulit keadaan. Selagi kita semua berusaha kita layak kok dapetin hasil yang terbaik. 

Sekali lagi gue sangat bersyukur punya lingkungan yang baik disaat pengerjaan skripsi ini. Punya keluarga yang selalu support, punya teman-teman yang saling mengingatkan dan saling menghibur, dan punya human diary yang selalu mendengar keluh kesah gue. Hal itu sangat-sangat membantu gue dalam pengerjaan skripsi.

Thnakyou so much

Wini Agnia S.Sos

Anjay